Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih
kuliah. Aku sedang sendirian di rumah, karena orang tuaku sedang pergi
ke luar kota menghadiri sebuah acara. Sebenarnya, aku sudah sering
ditinggal sendirian di rumah. Tetapi entah mengapa, malam itu aku merasa
sangat kesepian. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya aku memutuskan
untuk menelpon pacarku, Fredi, dan memintanya untuk menemaniku. Dia pun
menyetujuinya bahkan berencana untuk menginap.
Satu jam kemudian, dia datang. Kami mengobrol sejenak. Karena malam itu
adalah malam minggu, maka kami berencana untuk pergi nonton. Satu hal
yang tidak mungkin kulakukan saat orang tuaku ada di rumah.
Pukul 21:00 kami keluar, namun kami tidak langsung menuju gedung
bioskop, melainkan mencari makan dulu. Setelah itu, kami memesan tiket.
Bioskop yang kami kunjungi ini dekat dengan rumahku, dan tidak terlalu
ramai walau malam minggu sekalipun. Jadi kami dapat bebas memilih tempat
duduk. Seperti biasa, kami memilih tempat duduk favorit kami. Barisan
tengah, dekat tembok.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya film pun dimulai. Pada
mulanya, kami hanya saling berpegangan tangan dan sesekali tangannya
membelai wajahku. Ketika film sudah setengah jalan, ada adegan dimana
pemainnya melakukan hubungan badan (yang kemudian disensor). Aku
meliriknya, dia terlihat acuh tak acuh, namun tiba-tiba kurasakan
tangannya mulai bergerak ke arah rokku. Saat itu aku memakai rok
selutut, sehingga tangannya dengan mudah berhasil menyelinap ke baliknya
dan membelai pahaku. Darahku mulai berdesir. Tanganku pun mulai
bergerak membelai daerah selangkangannya. Kami melakukan hal itu selama
beberapa saat, hingga akhirnya aku berkata, “Mas, jangan di sini.”
Dia mengamati wajahku. Kemudian menghentikan aktivitasnya.
Film telah selesai, dan kami telah berada di rumah. Setelah mengunci
semua pintu dan mematikan lampu, aku pun naik ke lantai 2 menuju
kamarku. Kulihat Fredi sedang di kamar mandi. Aku mengganti bajuku
dengan baju tidur yang berbentuk daster, dan bergantian dengan Fredi
masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Ketika aku kembali ke kamar,
Fredi sedang tidur di tempat tidurku hanya memakai celana pendek, entah
dia sudah benar-benar tidur atau belum. Ketika sedang menyisir rambutku,
kurasakan sebuah tangan memeluk pinggangku dari belakang. Ternyata
Fredi.
Dia sudah berdiri di belakangku sambil menciumi rambutku.
“Rambutmu wangi Dik, baru keramas ya..?” katanya lembut dekat dengan
kupingku.
Aku pun mengangguk. Dia menyibakkan rambutku dan menciumi tengkukku.
Tengkukku merupakan daerah sensitifku, dan perlakuannya itu membuatku
terangsang. Kubalikkan badanku menghadapnya, dan langsung menyambut
bibirnya. Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tangannya mulai masuk ke
balik dasterku, meremas pantatku.
Tanganku mulai menelusuri punggungnya ke arah bawah, hingga aku bisa
meraih celananya dan langsung kulepaskan berikut celana dalamnya.
Kuremas batang kemaluannya yang sudah mengeras. Dia melepas bibirnya
dari bibirku dan mulai melepas pakaianku, mulai dari daster sampai BH-ku
dengan cepat dilepaskannya, hingga tinggal celana dalam saja yang
melekat di tubuhku. Lalu dia membopong dan membaringkan tubuhku di atas
tempat tidur.
Setelah memposisikan tubuhnya di atas tubuhku, kami mulai berciuman
lagi. Namun kali ini, ciumannya tidak hanya pada satu tempat. Lidahnya
menelusuri seluruh bagian tubuhku, wajah, leher, dada, perut. Setelah
menjilati perutku, dia menuju ke arah payudaraku. Dijilatinya daerah
sekitar puting susuku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang
lain. Lidahnya mulai mempermainkan puting susuku, lalu kadang-kadang
dia menggigit atau menghisapnya dalam-dalam. Aku mendesah keenakan
sambil meremas rambutnya yang lebat.
Setelah puas dengan yang di sebelah kiri, dia pun pindah melahap
payudaraku yang sebelah kanan. Setelah itu lidahnya menelusuri perutku
lagi, namun begitu sampai di celana dalamku, dia langsung menggigitnya
dan menariknya hingga lepas. Dilebarkannya kedua kakiku dan dengan
gerakan yang pasti dia membenamkan kepalanya di antara kedua kakiku itu.
Pertama, dia menjilati klitorisku, membuatku menggelinjang menahan rasa
geli. Kemudian lidahnya digerakkan menuju bibir kemaluanku yang sudah
sangat basah. Lidahnya dengan pasti menyusup ke dalam lubang senggamaku,
sementara tangannya terus meremas kedua payudaraku.
Desahan-desahan terus keluar dari mulutku, “Oh.. ah.. enak sekali Mas..
ooh..!”
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan keluar, “Maas, aku mau
keluar..!”
Mendengar teriakanku ini, dia semakin bernafsu mempermainkan liang
senggamaku dengan lidahnya. Lalu aku merasa tubuhku menegang diiringi
rasa nikmat yang luar biasa, dan tanpa sadar kepalanya yang berada di
antara pahaku kujepit.
Dia menunggu orgasmeku lewat, dan setelah aku tenang dia berbisik di
telingaku, “Gimana rasanya..?”
“Enak sekali Mas..,” aku menjawab sambil tersenyum.
“Aku juga ingin merasakannya..,” dia berkata membalas senyumanku.
Posisi kami sudah berbalik. Sekarang dia sudah berbaring di bawahku. Aku
mulai dengan menciumi bibirnya, wajahnya, lalu turun ke leher, dada dan
perut. Kuraba batang kejantanannya yang masih mengeras dan dengan
perlahan kuarahkan ke mulutku. Kujilati perlahan batang kemaluan itu,
dan setelah seluruh permukaannya basah, aku pun memasukkannya ke dalam
mulutku. Bagiku, ukuran batang kemaluannya termasuk besar, sehingga aku
harus membuka mulutku lebar-lebar agar seluruhnya bisa masuk. Kukocok
batang kemaluannya dengan mulutku, dan sesekali kuhisap. Aku mendengar
lenguhannya setiap kali batangnya kuhisap, “Wow.. ooh.. oohh..”
Mendengar lenguhannya itu, aku semakin bernafsu. Kupercepat kocokanku
dan lebih sering lagi kuhisap. Tidak berapa lama, dia mengalami
ejakulasi. Kurasakan air maninya di mulutku, yang kemudian langsung
kutelan semuanya. Kuperhatikan wajahnya, dia nampak seperti kesakitan,
namun setelah selesai, dia menarik nafas.
Dia berkata, “Terima kasih, sungguh nikmat sekali.”
Aku membalas dengan mencium lembut bibirnya, lalu berbaring di
sebelahnya.
Kami berdiam diri sejenak. Namun tidak berapa lama, tangan kami mulai
meraba-raba lagi. Dia meraba bibir kemaluanku, sedangkan aku meraba
batang kejantanannya. Bibir kami saling berpagutan, hingga kurasakan
batang kejantanannya kembali menegang dan liang senggamaku mulai basah.
Kemudian dia berguling ke atasku, kali ini batang kejantanannya
digesek-gesekkan ke bibir kemaluanku. Bibir kami masih tetap berpagutan.
Tangannya mulai membimbing batang kemaluannya menuju ke lubang
senggamaku. Aku mulai merasa batang kejantanannya perlahan-lahan masuk.
Perlu diketahui, bahwa walaupun kami sudah sering berhubungan atau
bercinta dan bercumbu, namun saya masih perawan. Hal ini memang belum
pernah terjadi sebelumnya, karena memang keadaan diantara kami yang
tidak memungkinkan kami untuk bertindak ke hal yang lebih. Tetapi apa
yang kami lakukan saat ini benar-benar merupakan kesempatan buat kami
merasakan sensasi hubungan seks yang sebenarnya, selayaknya seorang
suami yang mencumbu istri tersayangnya.
Dia memandang wajahku, dan ketika melihatku tersenyum, dia mulai
menggerakkan batang kejantanannya keluar masuk, walaupun baru bagian
kepalanya saja yang sudah masuk ke dalam liang keperawananku. Rasanya
enak tetapi sekaligus juga geli. Kulihat dia pun menikmatinya.
Tiba-tiba dia berhenti dan bertanya, “Apa kamu mau melakukannya..?”
Aku memandangnya, aku berpikir bahwa aku sudah berpacaran dengannya
lebih dari 4 tahun dan aku memang menginginkannya.
Aku pun menjawab mantap, “Ya Mas, ayo lakukan..!”
Perlahan dia mulai mendorong batang kemlauannya masuk, namun tiap kali
aku meringis kesakitan, dia berhenti, lalu mulai lagi hingga akhirnya
batang kejantanannya benar-benar terbenam di dalam liang keperawananku.
Aku merasa kemaluanku begitu penuh hingga aku tidak dapat merasakan
gerakan ototnya lagi.
Namun dia justru berkata, “Aaah, enak sekali pijatanmu Dik..!” sambil
menikmati penetrasinya yang sukses dia lakukan.
Saya yang saat itu dilingkupi perasaan sakit karena baru pertama kalinya
ditembus oleh batang kejantanan lelaki. Tetapi perasaan itu tidak lama
kurasakan, karena sebentar kemudian kurasakan kenikmatan setelah melihat
wajahnya yang begitu kusuka.
Setelah diam sesaat, dia mulai menggenjot batang kejantanannya keluar
masuk liangku yang saat itu sudah tidak lagi perawan. Tiba-tiba dia
menarik badanku ke pinggir tempat tidur hingga dia sekarang dalam posisi
berdiri. Dia kembali menggenjot, dan dia membasahi jarinya dengan ludah
lalu mengusapkannya ke klitorisku. Aku menggelinjang hebat. Rasanya
nikmat sekali. Aku mulai meremas-remas payudaraku, namun kemudian dia
menepis tanganku dan dengan penuh nafsu melahap payudaraku. Aku
merasakan sensasi yang sangat hebat.
Batang kejantanannya ada di dalam liang senggamaku, tangannya
mengusap-usap klitorisku dan mulutnya menghisap payudaraku.
“Ooohh.. enak Sayang.., ooh.. sungguh nikmat..!” erangku.
“Aku juga Sayang.., kita keluarkan bersamaan yah..?” katanya
ditengah-tengah permainan seks yang kami lakukan.
Setelah melakukannya dengan posisi yang sama selama kurang lebih 10
menit, kami pun mencapai orgasme secara bersamaan. Dan kemudian
tergeletak lemas karena kelelahan. Saat itu sudah pagi, namun kami tidur
dengan lelap hingga hari menjelang sore.